Senin, 20 Juni 2016

KESADARAN SEJARAH SEBAGAI KESADARAN HIDUP


Cogito ergo sum atau lebih dikenal sebagai "aku berfikir maka aku ada" merupakan ungkapan terkenal oleh Descrates, seorang filsuf terkemuka dari Eropa. Pada abad ke-17 M, Descrates menasbihkan rasa keraguan sebagai dasar dari pemikirannya. Keraguan yang terbit dari diri Descrates mengantarkannya ke dalam sebuah pencarian kebenaran, dan cogito ergo sum merupakan kulminasi pengembaraan yang telah dilakukan. Keberadaan di dunia ini adalah diri sendiri yang dapat dibuktikan dengan cara berfikir. Manusia dikaruniai otak untuk berfikir oleh Tuhan. Berfikir menjadi bukti eksistensi manusia di dunia.

Berkaitan dengan cogito ergo sum atau "aku berfikir maka aku ada" maka keberadaan  manusia di suatu daerah yang mereka tinggali menjadi realitas yang dapat dipertanyakan keber"ada"annya. Jika sekelompok manusia hidup dan menetap di suatu daerah dan mereka tidak pernah berfikir akan diri dan lingkungannya maka keberadaan tersebut tidak menghasilkan suatu realitas absolut. Mereka hidup dalam ketidakberdayaan untuk memaknai hidup. Cara hidup seperti inilah yang mengantarkan mereka ke dalam nihilsme.

Nihilisme atau ketidakberdayaan manusia untuk memaknai dan berfikir akan diri dan lingkungannya dapat diatasi melalui peran sejarah. Sejarah yang berkaitan dengan kehidupan manusia di masa lampau dan lingkungan yang menjadi latar belakang kehidupan sangat berperan dalam menjadikan manusia itu "ada". Sejarah mampu memberikan kesadaran akan lingkungan dan diri sendiri atau secara hemat saya manusia akan mengenali identitas diri dan lingkungannya. Gambaran peristiwa masa lampau sangat berdampak dalam menentukan pilihan di masa kini dan masa depan karena masa kini dan masa depan memiliki keterkaitan dengan masa lampau. Sebagai contoh, Purbalingga yang menjadi tempat kelahiran Jendral Sudirman telah berusaha untuk menyulutkan api semangat Jendral Sudirman bagi masyarakat melalui pendirian monumen dan kegiatan-kegiatan lain. Hal ini menjadikan masyarakat berfikir mengenai sosok Jendral Sudirman dan Purbalingga sebagai tempat kelaiharannya. Terjadi transfer semangat dan pengetahuan yang dimiliki Jendral Sudirman kepada masyarakat yang berfikir tentang Jendral Sudirman. 

Kesadaran sejarah merupakan kesadaran hidup manusia bagi mereka yang mau berfikir. Pemalang sebagai daerah yang juga memiliki sejarah dan tokoh sejarah sangat berpotensi untuk dikembangkan agar keberadaan masyarakatnya benar-benar ada melalui konsep cogito ergo sum. Intelektualitas masyarakat harus terus dikembangkan secara berimbang dengan bidang lainnya. Belajar dan terus belajar menjadi kunci adanya eksistensi masyarakat, terlebih melalui membaca dan berefleksi (diskusi) juga menjadi jalan untuk mengadakan yang ada. Manusia diciptakan untuk belajar tidak semata-mata untuk mencari materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar